_ sebuah mantra, seribu kisah _
" Kullu yaumin ziyaadatan minal ‘ilmi washbah fii bukhuuril fawaaidi "
Petikan syair dalam kitab Ta’lim Al Muta’allim itu telah kudengar sejak masih di bangku SMP. Entah
kenapa saat itu tidak ada getaran apapun yang mampu membuatku merasakan kedahsyatan
syair itu. Sedemikian bebalnya otakku dan tumpulnya perasaananku terhadap
lantunan syair. Setelah bertahun-tahun syair itu tak kudengar, tiba-tiba syair itu kudengar lagi saat aku
duduk di bangku perguruan tinggi. Bahkan syair itu menjelma menjadi sebuah mantra.
Mantra yang selalu mengawali pagi hariku.
Setiap pagi, sehabis sholat subuh berjamaah dan halaqoh mantra
itu dilantunkan. Halaqoh, kegiatan yang istimewa sebagai salah satu ciri khas
dari Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Setiap pagi akan ada seorang santri
putra dan seorang santri putri yang menyampaikan makalah tentang kajian suatu
ilmu. Tidak hanya ilmu agama sebagaimana ciri khas pesantren saja, melainkan
juga tema-tema dari ilmu umum. Seperti filsafat, sains, psikologi, bahasa,
ekonomi, hukum dan lain sebagainya. Setelah kedua pemateri selesai menyampaikan
makalah tibalah Abah pengasuh menyampaikan ulasan beliau terkait tema. Dalam
ulasan beliau selalu terselip mantra dahsyat itu.
Pada mulanya aku tidak mengerti kenapa beliau selalu
mengulang-ulang syair itu bagai sebuah mantra. Aku tidak peduli dan tidak mau
tahu, tetapi mantra itu kusimpan baik-baik dalam memori, dengan sebuah
keyakinan suatu hari nanti akan mengerti. Hingga keluar dari pesantren, aku
tetap belum mengerti sepenuhnya. Energi apa yang bisa membuat syair itu seperti
mantra ketika dilafalkan beliau. Namun dalam ketidakmengertian masih kusimpan
baik-baik hal-hal yang menurut rasaku penting dan nantinya akan berguna.
Masih termemori dengan baik
bagaimana beliau begitu semangatnya membangunkan kami untuk sholat subuh
dan halaqoh, beliau rela naik turun tangga sampai lantai 4. Dengan gigih beliau
meminta santri putri untuk ikut sholat jumat. Dengan gaya persuasif yang
profesional beliau meminta kami untuk tidak pelit-pelit saat bersedekah. Begitu
detail, dalam, dan bijaknya beliau menanggapi berbagai persoalan secara profesional,
anggun dan elegan. Demikian beragamnya ilmu yang beliau kuasai. Sedemikian
moderat dan majunya pola pikir beliau. Begitu elok dan cantiknya cara bergaul
beliau dengan kami, para santri, anak-anak didiknya. Beliau merupakan salah satu
kyai intelektual yang disertasi doktoralnya diuji dan diakui oleh Harvard University. Dan masih termemori dengan baik bagaimana
semangat beliau masih terekam sempurna oleh gerak dan bahasa tubuh usia 70 tahun. Sosok beliaulah
satu-satunya magnet yang membuatku bertahan hingga 6 tahun.
Enam tahun, waktu yang tidak singkat. Apakah berhasil
membuatku menguasai semua ilmu beliau. Tidak. Aku termasuk segolongan santri
yang lebih suka mblarah daripada
mengaji. Mblarah itu istilah Abah
bagi santri yang banyak melanggar dan tidak taat aturan. Selama enam tahun
selama itu pula masa mblarahku. Mungkin
semua peraturan keamanan telah sukses kulanggar. Dan sebenarnya tak satupun
ilmu yang menancap baik yang kuperoleh.
Hanya setelah keluar dari pesantren, mantra itulah yang
melekat di benakku. Mantra yang membuatku terbangun dari tidur panjang dan membuatku
kembali hidup, benar-benar hidup. Rugikah aku karena masa enam tahun tidak
memperoleh apapun. Tentunya gelar ahlul
ma’had yang disematkan bagi santri yang nyantri
selama 4,5 tahun pun sebenarnya kurang pantas kusandang. Aku lebih pantas mendapat
gelar ahlul mblarah, karena reputasi kembalarahanku validitasnya lebih teruji.
Namun demikian, aku tidak merasa rugi. Satu mantra itu sudah sangat berarti
buatku. Satu mantra yang telah merangkum segalanya.
Aku rindu mantra itu di pagi hari. Mantra yang senantiasa
diperdengarkan untuk mengawali hari. Mantra ajaib yang mampu membentuk sosok
spiritual dan intelektual sempurna seperti Prof. Dr. K.H Achmad Mudlor, S.H.
Profesor, aku rindu mantra itu.
Banyumas, 11 April 2013
Behgitulah ceritanya, :-D
BalasHapusInfo Lengkap ada disini: Pesantren Luhur
Kalao mau bisnis bisa mampir disini: Berbagi Bisnis
Okeeee Boz...!!
BalasHapus:)
BalasHapusLuhur sudah jadi rumah keduaQ, bikin rindu selalu