Sabtu, 20 April 2013

Finansial dan Karier


Tahun lalu saya menghadiri buka bersama dengan kawan-kawan SMP sekaligus reuni. Ini pertamakalinya saya datang, setelah lewat sepuluh tahun. Satu dekade, bukan waktu yang singkat. Lucu rasanya melihat wajah-wajah yang lugu-lugu saat SMP sekarang menjadi berbeda bahkan ada yang sudah menggendong anak. 

Seperti biasanya kalau ketemu teman lama pastinya cerita kabar masing-masing. Kebetulan selepas SMP saya memisah dari teman-teman lainnya. Saat teman-teman melanjutkan ke SMA di kota sendiri seperti pindah tempat saja karen asaking banyaknya, saya memilih ke luar kabupaten dan berlanjut di Malang. Saya menghilang dari peredaran teman-teman SMP. Berkomunikasi kembali pun saat telah memiliki akun jejaring sosial facebook.

Pembicaraan seputar kenangan masa lalu saat SMP, kuliah, terus karier mewarnai pertemuan kami. Teman-teman saya banyak yang sukses dalam berkarier. Ada yang kerja di bank, mulai dari bank ecrek-ecrek sampai bank terkemuka di negeri ini. Ada pula yang bekerja di PJKA, PLN, Pertamina, perkapalan, Polisi, Dokter, Bidan, Apoteker, atau kerja di PT anu di luar jawa. Pokoknya  yang terdengar kerenlah. Dan ada juga yang mengajar, mulai dari mengajar di sekolah negeri, mengajar di bimbingan belajar dan ada pula yang PNS di luar Jawa. Saat saya ditanya kerja apa. Saya jawab dengan santai “ Ngajar TK .“ “ Hah, masa sih? Yang bener.” “Iya bener,” masih dengan santainya. Teman-teman saya terkejut dan tidak percaya. Saya jadi heran, apa salahnya mengajar TK. Toh ini pekerjaan halal.

me and sasha

 Saya mengerti keterkejutan mereka. Maklumlah dulu kebetulan sewaktu SMP saya termasuk murid yang pandai jadi mustahil ya menjadi guru TK yang notabene tidak banyak dilirik sebagai pekerjaan bergengsi. Selain bergaji sedikit juga repotnya itu loh,,. Saya tidak akan membela diri dengan mengatakan menjadi guru TK kan pekerjaan mulia. Ah, alasan yang menjadi tameng saja, karena memang nyatanya saya tidak mampu dan tidak tahan masuk pada perusahaan yang berduit banyak. Bisa kerana saya tidak punya kesempatan atau saya kalah bersaing alias kurang kompeten atau memang wajah saya terlalu pas-pasan untuk dijadikan karyawan bank. Bisa juga semuanya. Saya tidak akan mengutuk ‘ketidakberuntungan’ saya ini karena setelah dewasa dan berpisah sekian lama banyak hal yang berbeda dari pola pikir, keinginan, dan pengaruh lingkungan. Saya tidak akan mengatakan saya sangat bangga menjadi guru TK, ah itu terlalu sok suci keliatannya saya tidak butuh uang dan menjadi guru TK adalah pekerjaan ‘sekarat’ secara finansial. Hanya saja saya menyenangi pekerjaan ini. Senang rasanya melihat perkembangan anak-anak. Saat bersama mereka rasanya dunia orang dewasa yang saya miliki hilang sementara. Saya berubah menjadi anak-anak yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Kurang bahagiakah masa kecil saya. Bisa jadi begitu, tetapi menyelami dunia anak harus menjadi anak-anak pula. 

Eh, kenapa saya jadi ngelantur kemana-mana, kembali ke soal karier berduit. Jika jumlah kekayaan berbanding lurus dengan kepandaian dan ketinggian pendidikan saya kira hal ini tidak berlaku bagi Bob Sadino dan pengusaha-pengusaha lain yang kadangkala hanya lulusan SD. Bahkan banyak pula sarjana yang menganggur. Apakah menjadi kaya dan memiliki pekerjaan yang menjanjikan dari segi finansial adalah hal yang luar biasa. Jika iya, maka teman-teman saya memang luar biasa dan saya biasa-biasa saja. Tetapi bukankah sesuatu yang sudah umum terjadi adalah hal yang biasa-biasa saja, wajar adanya. Jadi seharusnya sayalah yang luar biasa karena berbeda pilihan dengan teman-teman. Dengan kepandaian dan ketinggian pendidikan hanya bernasib menjadi guru TK yang biasa-biasa saja. Ah, semoga kali ini bukan pembelaan nasib karena saya hanya bisa menjadi guru TK bergaji rendah. Tanpa prestisius apapun.

Banyumas, 20 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar