Tahun lalu saya menghadiri buka bersama dengan kawan-kawan SMP sekaligus reuni. Ini pertamakalinya saya datang, setelah lewat sepuluh tahun. Satu dekade, bukan waktu yang singkat. Lucu rasanya melihat wajah-wajah yang lugu-lugu saat SMP sekarang menjadi berbeda bahkan ada yang sudah menggendong anak.
Seperti biasanya kalau ketemu teman lama pastinya cerita
kabar masing-masing. Kebetulan selepas SMP saya memisah dari teman-teman lainnya.
Saat teman-teman melanjutkan ke SMA di kota sendiri seperti pindah tempat saja
karen asaking banyaknya, saya memilih ke luar kabupaten dan berlanjut di
Malang. Saya menghilang dari peredaran teman-teman SMP. Berkomunikasi kembali pun
saat telah memiliki akun jejaring sosial facebook.
Pembicaraan seputar kenangan masa lalu saat SMP, kuliah,
terus karier mewarnai pertemuan kami. Teman-teman saya banyak yang sukses dalam
berkarier. Ada yang kerja di bank, mulai dari bank ecrek-ecrek sampai bank
terkemuka di negeri ini. Ada pula yang bekerja di PJKA, PLN, Pertamina,
perkapalan, Polisi, Dokter, Bidan, Apoteker, atau kerja di PT anu di luar jawa. Pokoknya yang terdengar kerenlah. Dan ada juga yang
mengajar, mulai dari mengajar di sekolah negeri, mengajar di bimbingan belajar
dan ada pula yang PNS di luar Jawa. Saat saya ditanya kerja apa. Saya jawab dengan
santai “ Ngajar TK .“ “ Hah, masa sih? Yang bener.” “Iya bener,” masih dengan
santainya. Teman-teman saya terkejut dan tidak percaya. Saya jadi heran, apa
salahnya mengajar TK. Toh ini pekerjaan halal.
me and sasha |
Saya mengerti keterkejutan mereka. Maklumlah dulu kebetulan
sewaktu SMP saya termasuk murid yang pandai jadi mustahil ya menjadi guru TK
yang notabene tidak banyak dilirik
sebagai pekerjaan bergengsi. Selain bergaji sedikit juga repotnya itu loh,,. Saya
tidak akan membela diri dengan mengatakan menjadi guru TK kan pekerjaan mulia. Ah,
alasan yang menjadi tameng saja, karena memang nyatanya saya tidak mampu dan
tidak tahan masuk pada perusahaan yang berduit banyak. Bisa kerana saya tidak
punya kesempatan atau saya kalah bersaing alias kurang kompeten atau memang
wajah saya terlalu pas-pasan untuk dijadikan karyawan bank. Bisa juga semuanya.
Saya tidak akan mengutuk ‘ketidakberuntungan’ saya ini karena setelah dewasa
dan berpisah sekian lama banyak hal yang berbeda dari pola pikir, keinginan,
dan pengaruh lingkungan. Saya tidak akan mengatakan saya sangat bangga menjadi
guru TK, ah itu terlalu sok suci keliatannya saya tidak butuh uang dan menjadi
guru TK adalah pekerjaan ‘sekarat’ secara finansial. Hanya saja saya menyenangi
pekerjaan ini. Senang rasanya melihat perkembangan anak-anak. Saat bersama
mereka rasanya dunia orang dewasa yang saya miliki hilang sementara. Saya berubah
menjadi anak-anak yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa. Kurang bahagiakah
masa kecil saya. Bisa jadi begitu, tetapi menyelami dunia anak harus menjadi
anak-anak pula.
Eh, kenapa saya jadi ngelantur
kemana-mana, kembali ke soal karier berduit. Jika jumlah kekayaan berbanding
lurus dengan kepandaian dan ketinggian pendidikan saya kira hal ini tidak
berlaku bagi Bob Sadino dan pengusaha-pengusaha lain yang kadangkala hanya
lulusan SD. Bahkan banyak pula sarjana yang menganggur. Apakah menjadi kaya dan
memiliki pekerjaan yang menjanjikan dari segi finansial adalah hal yang luar
biasa. Jika iya, maka teman-teman saya memang luar biasa dan saya biasa-biasa
saja. Tetapi bukankah sesuatu yang sudah umum terjadi adalah hal yang
biasa-biasa saja, wajar adanya. Jadi seharusnya sayalah yang luar biasa karena
berbeda pilihan dengan teman-teman. Dengan kepandaian dan ketinggian pendidikan
hanya bernasib menjadi guru TK yang biasa-biasa saja. Ah, semoga kali ini bukan
pembelaan nasib karena saya hanya bisa menjadi guru TK bergaji rendah. Tanpa prestisius
apapun.
Banyumas, 20 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar