Bagiku doa adalah bahasa universal seperti cinta. Termasuk
dengan cara dan ekspresinya. Bebas. Pada titik ini justru aku merasa ia menjadi
hal yang amat sederhana tetapi memiliki kekuatan yg dahsyat. Berada pada
kemampuan tertinggi menurut pakem ilmu silat Jawa.
Selama di rumah sakit kerjaanku tidur sambil menikmati
nyeri-nyeri yang gimana gitu. Merintih tidak membuat nyeriku berkurang, tapi
pasca operasi ngerintih juga sih.
Sekali buka mata sudah ada tujuh wajah di mukaku. Siapa mereka? Oh, rupanya
teman sekelas angkatan 9 terkompak. Ah, jadi kangen mereka. Wajah-wajah itu
menampakkan muka prihatin dan melas. Ah, kenapa tidak bergembira seperti
biasanya, padahal aku senang bisa bertemu mereka. Aku berusaha cengar-cengir
kayak biasanya. Pasti mukaku lucu, padahal luka di mukaku Cuma setitik di pojok
jidat. Jadi harusnya wajahku masih ayu dan senyumku masih manis. Manis apa
meringis menahan sakit? Ancur deh!
Mereka pulang dengan untaian doa, yang sabar dan semoga
lekas sembuh. Kami menunggumu di kelas. La
ba’sa thohuurun Insya Alloh. Amin.
Aku mencoba tidur lagi. Bangun-bangun wajah di depanku
berganti. Ah, teman-teman Nurul Ummahat. Aku tersenyum dan senyumku dibalas
senyum kecut mereka. Mungkin tanda prihatin atau tidak percaya kalau aku benar-benar
kesulitan bahkan untuk sekedar duduk. Terlontar pertanyaan, “Mbak, kok bisa?”
Hiyah, ni pertanyaan paling sulit kujawab. Orang aku ja gak tahu apa-apa.
Sadar-sadar sudah di puskesmas. Bersyukur dokter hanya mengganjar amnesia retograd atas benjolan di kepalaku. Jadi kalau ada yang bertanya
bagaimana kejadiannya, kita tanya bersama ke Mbah Google. He,, he,,
Mereka pulang dengan untaian doa, yang sabar dan semoga
lekas diberi kesembuhan dan segera kembali ke Nurul Ummahat. Ah, indah nian
doanya. Amin.
Sabar, ya bersabar biar lekas sembuh. Jadi ingat obrolanku
dengan seorang teman masa kecilku. Asna bersabarlah dengan musibahmu. Isbir...! ya ya ya kataku sambil tetep
cengar cengir. Kok malah ketawa, protesnya. Emang orang sabar gak boleh pake
ketawa. Jaman apa pula ini ketawa dilarang. Hehe jawabnya.
Pulang dari rumah sakit adalah impianku. Capek dan
membosankan. Cukup 4 hari. Semangat 45 untuk sembuh..! kalau tidak semangat 45
nanti dipecat jadi ponakannya Om Karno dan Om Hatta. Lho???
Hari itu datang. Saat paduka dokter sudah bersabda pulang!
Wah, senangnya hatiku. Meski kepala masih nyut2 hebat kalau duduk, kaki dan
tangan masih berat bawaannya,tapi harus kuat. Diiringi angin maghrib yang semribit dan agak basah rasanya aku
pulang. Horeeeee..!
Dan, keajaiban itu datang di sepertiga malam. Pada hari
jumat yg masih orok. Oh, hape ku berbunyi. Sebuah pesan. Rupanya pesan lanjutan
di waktu maghrib. Saat beberapa kali balasan hingga bunyi pesan yang sederhana,
“ kamu tahu, Alloh memberi peringatan padamu karna Alloh menginginkan kamu untuk
lebih banyak istirahat dan bersyukur. Dan, Alloh sedang sangat sayang padamu,
melebihi yang lain.” Aku terdiam mencerna kata-katanya dan seketika aku lupa
pada nyeri di kaki dan tanganku. Pada rasa remek
di badanku. Rasanya aku ringan, nyaman, fine
n happy.
Aku mengerti kadang bahagia datang dengan cara sederhana.
Pada pagi yang masih sederhana dg angin subuhnya. Aku rasa semangat sembuhku
semakin 45. Ah, mana berani aku mengumpat atau marah pada Tuhan atas apa yang
menimpaku jika aku masih bisa merasakan Rahman
dan Raahim-Nya lewat seorang lelaki
yang sederana. Ahhh,,,