Rabu, 23 Januari 2013

Doa = Cinta


Bagiku doa adalah bahasa universal seperti cinta. Termasuk dengan cara dan ekspresinya. Bebas. Pada titik ini justru aku merasa ia menjadi hal yang amat sederhana tetapi memiliki kekuatan yg dahsyat. Berada pada kemampuan tertinggi menurut pakem ilmu silat Jawa.

Selama di rumah sakit kerjaanku tidur sambil menikmati nyeri-nyeri yang gimana gitu. Merintih tidak membuat nyeriku berkurang, tapi pasca operasi ngerintih juga sih. Sekali buka mata sudah ada tujuh wajah di mukaku. Siapa mereka? Oh, rupanya teman sekelas angkatan 9 terkompak. Ah, jadi kangen mereka. Wajah-wajah itu menampakkan muka prihatin dan melas. Ah, kenapa tidak bergembira seperti biasanya, padahal aku senang bisa bertemu mereka. Aku berusaha cengar-cengir kayak biasanya. Pasti mukaku lucu, padahal luka di mukaku Cuma setitik di pojok jidat. Jadi harusnya wajahku masih ayu dan senyumku masih manis. Manis apa meringis menahan sakit? Ancur deh!

Mereka pulang dengan untaian doa, yang sabar dan semoga lekas sembuh. Kami menunggumu di kelas. La ba’sa thohuurun Insya Alloh. Amin.

Aku mencoba tidur lagi. Bangun-bangun wajah di depanku berganti. Ah, teman-teman Nurul Ummahat. Aku tersenyum dan senyumku dibalas senyum kecut mereka. Mungkin tanda prihatin atau tidak percaya kalau aku benar-benar kesulitan bahkan untuk sekedar duduk. Terlontar pertanyaan, “Mbak, kok bisa?” Hiyah, ni pertanyaan paling sulit kujawab. Orang aku ja gak tahu apa-apa. Sadar-sadar sudah di puskesmas. Bersyukur dokter hanya mengganjar amnesia retograd atas benjolan di kepalaku. Jadi kalau ada yang bertanya bagaimana kejadiannya, kita tanya bersama ke Mbah Google. He,, he,,

Mereka pulang dengan untaian doa, yang sabar dan semoga lekas diberi kesembuhan dan segera kembali ke Nurul Ummahat. Ah, indah nian doanya. Amin.

Sabar, ya bersabar biar lekas sembuh. Jadi ingat obrolanku dengan seorang teman masa kecilku. Asna bersabarlah dengan musibahmu. Isbir...! ya ya ya kataku sambil tetep cengar cengir. Kok malah ketawa, protesnya. Emang orang sabar gak boleh pake ketawa. Jaman apa pula ini ketawa dilarang. Hehe jawabnya.

Pulang dari rumah sakit adalah impianku. Capek dan membosankan. Cukup 4 hari. Semangat 45 untuk sembuh..! kalau tidak semangat 45 nanti dipecat jadi ponakannya Om Karno dan Om Hatta. Lho???

Hari itu datang. Saat paduka dokter sudah bersabda pulang! Wah, senangnya hatiku. Meski kepala masih nyut2 hebat kalau duduk, kaki dan tangan masih berat bawaannya,tapi harus kuat. Diiringi angin maghrib yang semribit dan agak basah rasanya aku pulang. Horeeeee..!

Dan, keajaiban itu datang di sepertiga malam. Pada hari jumat yg masih orok. Oh, hape ku berbunyi. Sebuah pesan. Rupanya pesan lanjutan di waktu maghrib. Saat beberapa kali balasan hingga bunyi pesan yang sederhana, “ kamu tahu, Alloh memberi peringatan padamu karna Alloh menginginkan kamu untuk lebih banyak istirahat dan bersyukur. Dan, Alloh sedang sangat sayang padamu, melebihi yang lain.” Aku terdiam mencerna kata-katanya dan seketika aku lupa pada nyeri di kaki dan tanganku. Pada rasa remek di badanku. Rasanya aku ringan, nyaman, fine n happy.

Aku mengerti kadang bahagia datang dengan cara sederhana. Pada pagi yang masih sederhana dg angin subuhnya. Aku rasa semangat sembuhku semakin 45. Ah, mana berani aku mengumpat atau marah pada Tuhan atas apa yang menimpaku jika aku masih bisa merasakan Rahman dan Raahim-Nya lewat seorang lelaki yang sederana. Ahhh,,,

Banyumas, 19 November 2012 ; tepat 1 bulan yg lalu doa sederhana itu dilantunkan

Aku dan Pak Jokowi


Bagaimana perasaan Anda ketika apa yang selama ini Anda impikan mewujud di hadapan. Riil, teraba,  terasa dan nyata. Pasti WOOW ya, boleh juga sambil koprol. He.. he..


Bulan lalu, sambil berbaring menatap langit-langit kamar Anggrek 214 aku berfikir, kayaknya aku pernah berdoa supaya sekali-kali bisa nyewa kamar di rumah sakit alias opname. Sebenarnya bukan sebuah doa sih, Cuma membatin atau kata orang Jawa krenteg. Tapi mungkin justru itu Tuhan yang Maha Tahu isi hati lebih mengerti bahasa krenteg daripada bahasa mulut. Wah, kudu hati-hati nih kalo ada orang yang memendam benci atau orang yg terdzolimi trus dia pake jurus krenteg. Meski bibirnya senyum-senyum tapi siapa tahu hatinya. Wadowww... 


Saat itu, aku masih tinggal di pesantren Luhur Malang. Ada musim dimana temen-temen putri sakit sampai opname dan otomatis yang jaga temen-temen juga bergiliran. Waktu itu aku gak habis pikir aja kok bisa ya temen-temen sampai opname, kayaknya tahes-tahes aja. Ya seumur-umur aku belum pernah sakit sampe opname, seringnya rawat jalan aja. Paling-paling sakitku Cuma AIDS. Hah AIDS???? Iya AIDS alias atuk ileg demam n senggruk-senggruk. Itu pun klo datangnya sebulan sekali sudah merepotkan. Kayak tamu bulanan aja. Ha.. ha..


Krenteg itu Cuma sekali (?) mungkin lebih. Berarti gak habis pikirnya juga lebih (wah, sindrom lemot iki, xexe). Aku  keluar dari kota bunga Januri 2011 dan pindah ke kota gudeg Juni 2012. Pastinya sudah tidak ingat pernah punya krenteg kayak gitu. Kira-kira sudah dua tahun lebih kali ya. Dan pagi ini krenteg ku jadi kenyataan. Gimana gak, aku pagi-pagi sudah salto di jalan raya pake pingsan pula. Pas sadar sudah di puskesmas berhadapan dengan wajah-wajah tak dikenal termasuk Pak Polisi. Yah,, asolole. Aku tunggu beberapa saat hingga datang wajah-wajah yg kukenal. Saudaraku di Jogja dan tedamparlah aku di Rumah Sakit Harjolukito. Pasrah.


Pagi ini, 15 Oktober 2012 doaku dan doa Pak JokoWOW eh,, Jokowi n Om Ahok terkabul. Loh apa hubungannya? Iya hari ini beliau-beliau dilantik jadi gubernur DKI dan aku opname. Doa kite samaan terkabul ye Bro,,, ayo syukuran bareng-bareng. He,, he,,


Menatap langit Anggrek 214 sambil ketawa-ketawa nanti disangka pasien gila ya apalagi kepalaku habis terantuk aspal. Kasian wajah-wajah di sekitarku pasti semakin prihatin dan cemas. Cukup ngakak di hati aj. Rasanya Tuhan lagi bilang, “Doamu udah kukabulkan malah kukasih bonus patah kaki n tangan. Kurang baik apa coba. Rasain tuh opname.” Iya juga ya. Tepuk jidat. Assolole deh,,!!



Banyumas, 19 November 2012