Senin, 15 April 2013

Take Rest



Aku kira tidak ada orang yang menginginkan kecelakaan lalu lintas ditambah patah tulang. Dengan penyembuhan ala dokter yang memakan waktu setengah tahun lebih sejak kecelakaan bulan Oktober tahun lalu. Hingga saat ini pun masih belum boleh jalan. Lama memang proses sembuhnya. Jika aku tidak mengalaminya sendiri, mungkin sampai kapanpun aku tidak akan pernah tahu kalau patah tulang sangat sakit dan penyembuhan ala dokter sangat lama. Menghabiskan waktu berbulan-bulan. Bahkan ada seorang ibu-ibu di rumah sakit tempat aku biasa kontrol, dia mengalami patah kedua kakinya serta satu tangannya dan sampai satu tahun belum boleh jalan dulu. Mulanya aku tidak percaya, kok bisa sampai selama itu. Setelah menjalani sendiri akhirnya aku percaya dan mengerti dengan proses penyembuhannya. Meski aku bukan termasuk pasien yang benar-benar taat aturan dokter, sedikit improvisasilah, kan tidak apa-apa. Tetapi setidaknya aku mengerti aturan main yang diharapkan dokter.

Awal patah tulang tidak terasa sakit, tetapi begitu kaki ingin digerakkan baru terasa sakit. Puncak sakitnya saat pasca operasi, sangat sakit. Tulang yang patah mungkin sudah aman tetapi daging yang disobek untuk memasukan pen dan bekas jahitan yang masih baru sangat sakit. Belum lagi tidak dapat banyak bergerak dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Lama-kelamaan luka mengering dan terasa gatal, konon itu pertanda akan sembuh. Sungguh menyebalkan sebenarnya, tetapi bagaimana lagi, sudah terjadi dan tidak berguna pula untuk disesali. Kujalani saja istirahat panjangku edisi kecelakaan. Awalnya bosan, sangat membosankan. Hanya bisa berbaring di tempat tidur sepanjang hari. Jika menginginkan apa-apa harus minta bantuan. Merepotkan orang terus, sungguh menyebalkan keadaanku. 

Orang yang selalu kurepotkan adalah ibuku, beliau yang setia merawatku sejak tak bisa apa-apa hingga aku bisa menolong diriku sendiri. Sebenarnya aku tidak tega melihat ibu yang semakin repot. Harus mengurus rumah ditambah aku yang belum bisa apa-apa. Belum lagi ponakanku yang kadang rewel. Tetapi bagaimana lagi. 

Lama-lama aku menikmati masa istirahatku. Sejak awal jatuh aku tidak merasa pegal-pegal di tubuhku. Rasanya badanku baik-baik saja. Memang sih dokter memberi obat penghilang sakit dan nyeri. Bahkan aku sempat dikasih obat yang kalau kuminum disaat normal mungkin aku sudah ngefly. Lama-kelamaan aku bisa merasakan kalau badanku bertambah baik, bertambah enak dan nyaman. Ternyata memang pengaruh obat yang membuatnya tidak merasa pegal-pegal. Mungkin juga karena saking bandelnya aku jadi tidak mau memperdulikan rasa pegal-pegal di badanku. Kubunuh waktu dengan istirahat sebaik-baiknya. Ya, salah satu pekerjaan yang bisa kulakukan adalah membaca buku. Aku membaca apapun. Novel kesukaanku bahkan sampai khatam berkali-kali. Seharian aku membaca. Kalau kondisi normal pasti aku sudah dimarahi ibuku karena membaca seharian sampai lupa makan dan membantunya. Ah, terimakasih Tuhan akhirnya mendapat kesempatan membaca seharian tanpa dimarahi siapapun.

Banyak hal terlintas yang itu tak akan pernah terfikirkan jika aku dalam kondisi normal. Ah rupanya Tuhan benar-benar menyuruhku istirahat. Istirahat sebenar-benar istirahat. Istirahat badan, hati dan pikiran. Seperti pesan seorang lelaki sederhana, tidak usah berfikir macam-macam, istirahatlah dengan baik. Terimakasih Tuhan.

Banyumas, 08 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar