Apakah derita itu? Apakah musibah itu? Apakah sedih itu? Jika
saya ditanya hal itu hari ini, saya akan menjawab tidak tahu. Saya tidak
mengerti apakah Tuhan benar-benar menciptakan mereka atau kesalahan manusia
untuk mengenalinya. Entahlah. Saya tidak tahu. Karena detik ini mendadak saya
tidak merasa pernah memiliki mereka.
Jika saya menengok kebelakang sejenak terlihatlah serentetan
peristiwa yang terasa pahit, manis telah terjadi. Potongan puzzle itu tersimpan rapi dalam
folder yang bernama hati. Ya, saya memang telah memindakan file itu dari folder otak ke
folder hati. Adakah bedanya. Entahlah. Akan tetapi, baru-baru ini hati saya
membutuhkan banyak aksesoris supaya lebih berwarna dan hidup dan juga supaya
otak saya tidak terlalu penuh.
Dalam beberapa tahun yang lewat saya mengunci hati. Membiarkannya
pengap, lembab, kotor, keras dan untungnya sebelum membatu saya kelelahan. Akhirnya
pelan-pelan saya buka, membiarkan cahaya dan udara segar masuk. Debu-debu mulai
beterbangan diseru udara segar. Kabut-kabut mulai tersingkap dan akhirnya
sirkulasi udara telah membebaskan kelembabannya. Saya masuk dan merenunginya. Telah
berpuluh tahun ruang ini terkunci. Samar saya melihat dinding yang masih kokoh
dalam balutan debu. Atap yang masih gagah menaungi dengan sarang laba-laba yang
tebal. Cat kayunya pun masih terlihat awet meski warnanya tercampur debu. Ternyata
ruangan ini masih kokoh dan layak huni. Kali ini saya punya waktu lebih banyak
untuk membersihkannya pelan-pelan.
Usai dibersihkan dalam waktu yang cukup lama, ternyata
pengamatan saya masih jeli. Ruang ini masih layak huni dan masih tampak kokoh. Namun
terlihat lowong, karena semua aksesorisnya tersimpan di otak sebagai satu-satunya
tempat menyimpan selama terkunci. Dan ruang otak yang terlalu penuh itu pun
harus saya rapikan. Saya pilih-pilih aksesoris mana yang harus saya pindahkan
ke hati dan mana yang tetap tinggal di otak. Cukup sulit karena saya memiliki
simpanan aksesoris yang banyak dan beraneka ragam. Tetapi saya tidak sedang
mengejar kereta untuk bepergian. Saya sedang tidak ingin kemana-mana. Hanya
ingin berbenah.
Sekarang folder hati dan otak saya telah tertata rapi. File-file
tersusun rapi sesuai tema-tema yang saya sukai. Semua terdata rapi sesuai
dengan waktu dan tempat kejadian. Saya senang. Setelah lama menanti, akhirnya
bisa melakukan hal ini. Kini udara segar bisa dengan senang menari dan bernyanyi
lewat ventilasi atau pintu yang terbuka. Tubuh saya pun lebih ringan dan terasa
sehat. Terkadang saya memutar irama dan bernyanyi bersama semilir angin. Atau terduduk
diam sambil menikmati ribuan kaleidoskop yang menarik. Dan pengamatan berujung
pada file baru yang sengaja saya ciptakan untuk menambah semarak.
Kaleidoskop-kaleidoskop itu menjelma menjadi potongan puzzle
yang melengkapi sebuah gambar. Rupanya puzzle-puzzle yang telah saya susun kembali
dan sudah dibersihkan menjadi pajangan dinding yang indah. Satu potong saja hilang
membuat gambarnya tidak utuh. Mulai saat itu saya lupa bagaimana cara bersedih
dan menderita. Mungkin saya memang benar-benar amnesia setelah kepala saya
terbentur aspal untuk kedua kalinya.
Banyumas, 24 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar