Rabu, 24 April 2013

Puzzle, Sebuah Keutuhan



Apakah derita itu? Apakah musibah itu? Apakah sedih itu? Jika saya ditanya hal itu hari ini, saya akan menjawab tidak tahu. Saya tidak mengerti apakah Tuhan benar-benar menciptakan mereka atau kesalahan manusia untuk mengenalinya. Entahlah. Saya tidak tahu. Karena detik ini mendadak saya tidak merasa pernah memiliki mereka

Jika saya menengok kebelakang sejenak terlihatlah serentetan peristiwa yang terasa pahit, manis telah terjadi.  Potongan puzzle itu tersimpan rapi dalam folder yang bernama hati. Ya, saya memang telah memindakan file itu dari folder otak ke folder hati. Adakah bedanya. Entahlah. Akan tetapi, baru-baru ini hati saya membutuhkan banyak aksesoris supaya lebih berwarna dan hidup dan juga supaya otak saya tidak terlalu penuh. 

Dalam beberapa tahun yang lewat saya mengunci hati. Membiarkannya pengap, lembab, kotor, keras dan untungnya sebelum membatu saya kelelahan. Akhirnya pelan-pelan saya buka, membiarkan cahaya dan udara segar masuk. Debu-debu mulai beterbangan diseru udara segar. Kabut-kabut mulai tersingkap dan akhirnya sirkulasi udara telah membebaskan kelembabannya. Saya masuk dan merenunginya. Telah berpuluh tahun ruang ini terkunci. Samar saya melihat dinding yang masih kokoh dalam balutan debu. Atap yang masih gagah menaungi dengan sarang laba-laba yang tebal. Cat kayunya pun masih terlihat awet meski warnanya tercampur debu. Ternyata ruangan ini masih kokoh dan layak huni. Kali ini saya punya waktu lebih banyak untuk membersihkannya pelan-pelan. 

Usai dibersihkan dalam waktu yang cukup lama, ternyata pengamatan saya masih jeli. Ruang ini masih layak huni dan masih tampak kokoh. Namun terlihat lowong, karena semua aksesorisnya tersimpan di otak sebagai satu-satunya tempat menyimpan selama terkunci. Dan ruang otak yang terlalu penuh itu pun harus saya rapikan. Saya pilih-pilih aksesoris mana yang harus saya pindahkan ke hati dan mana yang tetap tinggal di otak. Cukup sulit karena saya memiliki simpanan aksesoris yang banyak dan beraneka ragam. Tetapi saya tidak sedang mengejar kereta untuk bepergian. Saya sedang tidak ingin kemana-mana. Hanya ingin berbenah.

Sekarang folder hati dan otak saya telah tertata rapi. File-file tersusun rapi sesuai tema-tema yang saya sukai. Semua terdata rapi sesuai dengan waktu dan tempat kejadian. Saya senang. Setelah lama menanti, akhirnya bisa melakukan hal ini. Kini udara segar bisa dengan senang menari dan bernyanyi lewat ventilasi atau pintu yang terbuka. Tubuh saya pun lebih ringan dan terasa sehat. Terkadang saya memutar irama dan bernyanyi bersama semilir angin. Atau terduduk diam sambil menikmati ribuan kaleidoskop yang menarik. Dan pengamatan berujung pada file baru yang sengaja saya ciptakan untuk menambah semarak.

Kaleidoskop-kaleidoskop itu menjelma menjadi potongan puzzle yang melengkapi sebuah gambar. Rupanya puzzle-puzzle yang telah saya susun kembali dan sudah dibersihkan menjadi pajangan dinding yang indah. Satu potong saja hilang membuat gambarnya tidak utuh. Mulai saat itu saya lupa bagaimana cara bersedih dan menderita. Mungkin saya memang benar-benar amnesia setelah kepala saya terbentur aspal untuk kedua kalinya. 


Banyumas, 24 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar