Seorang jawara pasti sangat memahami perkataan berikut,
menjadi juara itu mudah tetapi mempertahankan juara itu lebih sulit. Saya kira
perkataan itu bukan simbol dari patah semangat atau mental yang tidak kuat. Baginya,
menjadi juara tidak hanya memenangkan pertandingan tetapi bagaimana caranya selalu
menang, menang dalam kemenangan itu sendiri. Dalam setiap perlombaan jarang
sekali bahkan mungkin tidak pernah terfikirkan, apa yang akan saya lakukan jika
nanti saya menang. Selanjutnya apa yang harus saya perbuat. Pantaskah saya
menyandang kemenangan itu, sanggupkah saya merawatnya , memeliharanya dan
apakah yang seharusnya saya lakukan untuk memeliharanya dan apakah yang perlu
dirawat supaya lestari keberadaannya. Saya hanya berfikir bagaimana cara supaya
menang, mendapat nilai yang banyak dan lebih unggul dari yang lainnya. Bukankah
menjadi menang sudah puncak dari segala puncak, sudah diakui oleh para juri dan
peserta yang kalah tentunya. Apa yang perlu dilakukan lagi?
Saat hendak membeli buku hal yang terlintas di benak saya
adalah buku ini bagus, harganya sesuai kocek, penulisnya terkenal serta kondisi
fisik buku juga baik. Lalu saya membeli buku tersebut tanpa berfikir panjang
lagi. Kemudian saya akan mengamat-amati buku itu, mengagumi kecantikan desain,
kertas, sampul dan bentuk fisik lainnya. Selanjutnya saya akan menyampulinya,
menuliskan nama saya sebagai pemilik buku lalu menyimpannya di rak buku. Sampai
berbulan-bulan kemudian saya tidak kunjung membacanya bahkan lupa kalau
memiliki buku tersebut. Sejak sebelum membeli saya tidak sampai berfikir
butuhkah saya dengan buku itu, sanggupkah saya merawatnya, sanggupkah saya
membacanya hingga usai, dan sanggupkah saya memperlakukannya sebagai buku. Salah
satu sumber ilmu, yang perlu dibaca, dikaji, dan dimengerti bukan hanya
disampuli lalu disimpan di rak buku.
Ketika membeli buku, saya pikir telah berbuat satu hal yang
baik karena saya membeli salah satu sumber ilmu. Bukan sembarang membeli barang
yang tidak ada manfaatnya dan bukan pemborosan kukira meskipun saya
menghabiskan berapa ratus ribu untuk memilikinya. Tetapi benarkah demikian?
Perawatan, menjaga kelestarian, menjaga daya hidup, dan
sederet kata yang bermakna serupa. Tak pernah terlintas dalam benak saya ketika
ingin memiliki sesuatu, membeli suatu hal, atau mendapatkan sesuatu. Sanggupkah
saya merawatnya, memperlakuannya sebagaimana fungsinya tanpa mencederai
keberadaannya. Hingga sampai pada pernyataan pantaskah saya mendapatkannya jika
saya tidak mampu merawat kelangsungan hidupnya. Entahlah. Semoga kalimat itu
bukan ekspresi dari rasa putus asa.
Banyumas, 5 April 2013; 12:54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar