Jumat, 05 April 2013

Perawatan, Sebagai Upaya Pelestarian Kehidupan



Seorang jawara pasti sangat memahami perkataan berikut, menjadi juara itu mudah tetapi mempertahankan juara itu lebih sulit. Saya kira perkataan itu bukan simbol dari patah semangat atau mental yang tidak kuat. Baginya, menjadi juara tidak hanya memenangkan pertandingan tetapi bagaimana caranya selalu menang, menang dalam kemenangan itu sendiri. Dalam setiap perlombaan jarang sekali bahkan mungkin tidak pernah terfikirkan, apa yang akan saya lakukan jika nanti saya menang. Selanjutnya apa yang harus saya perbuat. Pantaskah saya menyandang kemenangan itu, sanggupkah saya merawatnya , memeliharanya dan apakah yang seharusnya saya lakukan untuk memeliharanya dan apakah yang perlu dirawat supaya lestari keberadaannya. Saya hanya berfikir bagaimana cara supaya menang, mendapat nilai yang banyak dan lebih unggul dari yang lainnya. Bukankah menjadi menang sudah puncak dari segala puncak, sudah diakui oleh para juri dan peserta yang kalah tentunya. Apa yang perlu dilakukan lagi?

Saat hendak membeli buku hal yang terlintas di benak saya adalah buku ini bagus, harganya sesuai kocek, penulisnya terkenal serta kondisi fisik buku juga baik. Lalu saya membeli buku tersebut tanpa berfikir panjang lagi. Kemudian saya akan mengamat-amati buku itu, mengagumi kecantikan desain, kertas, sampul dan bentuk fisik lainnya. Selanjutnya saya akan menyampulinya, menuliskan nama saya sebagai pemilik buku lalu menyimpannya di rak buku. Sampai berbulan-bulan kemudian saya tidak kunjung membacanya bahkan lupa kalau memiliki buku tersebut. Sejak sebelum membeli saya tidak sampai berfikir butuhkah saya dengan buku itu, sanggupkah saya merawatnya, sanggupkah saya membacanya hingga usai, dan sanggupkah saya memperlakukannya sebagai buku. Salah satu sumber ilmu, yang perlu dibaca, dikaji, dan dimengerti bukan hanya disampuli lalu disimpan di rak buku.

Ketika membeli buku, saya pikir telah berbuat satu hal yang baik karena saya membeli salah satu sumber ilmu. Bukan sembarang membeli barang yang tidak ada manfaatnya dan bukan pemborosan kukira meskipun saya menghabiskan berapa ratus ribu untuk memilikinya. Tetapi benarkah demikian?

Perawatan, menjaga kelestarian, menjaga daya hidup, dan sederet kata yang bermakna serupa. Tak pernah terlintas dalam benak saya ketika ingin memiliki sesuatu, membeli suatu hal, atau mendapatkan sesuatu. Sanggupkah saya merawatnya, memperlakuannya sebagaimana fungsinya tanpa mencederai keberadaannya. Hingga sampai pada pernyataan pantaskah saya mendapatkannya jika saya tidak mampu merawat kelangsungan hidupnya. Entahlah. Semoga kalimat itu bukan ekspresi dari rasa putus asa.


Banyumas, 5 April 2013; 12:54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar