Sabtu, 06 April 2013

Ending Terbaik



Hari ini saya sangat telat untuk menulis di blog. Bukan karena tidak punya ide menulis justru karena banyak sekali hal yang ingin saya tulis malah membuat saya tak kunjung menulis satu katapun. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang hal yang sudah pernah saya tulis sebelumnya dengan judul ending. Saya tidak bermaksud mengulang apa yang sudah pernah saya sampaikan hanya ingin menambahi sedikit.

Sejak kecil, saya mungkin juga anda sekalian yang dididik dengan agama Islam tentu diajari sholat dan salah satu bacaan wajib sholat adalah surat Al-Faatihah. Surat yang akan saya baca 17 kali jika saya mengerjakan sholat lima waktu dengan penuh. Konon, sholat diartikan sebagai doa. Doa, sebuah wujud  permohonan pada Tuhan, sebuah pengakuan atas ketidakmampuan kita dan pengakuan atas ke maha mampuan Tuhan sehingga kita hanya berhak meminta pada Tuhan bukan pada yang lainnya.

Ada satu kalimat yang selalu dibaca saat membaca surat Al-Faatihah. Ihdinasshirootol Mustaqim, yang diartikan Tuhan, tunjukanlah kami jalan yang lurus. Setiap hari selalu doa itu saya langitkan padaNya. Meskipun setiap hari juga saya selalu berbuat salah, dosa, khilaf, lupa, kerugian dan sederet kata-kata yang mewakili jalan yang tidak lurus. Tidak konsistenkah saya dengan doa saya sendiri. Kurasa tidak juga. Atau Tuhan tidak mengijabahi doa saya kah. Tentu tidak juga. Tuhan maha pengabul doa hambanya. Namun rupanya ada mekanisme lain yang harus saya patuhi dan hormati keberadaannya. Peristiwa pengusiran setan dari surga lantaran kehadiran manusia bernama nabi Adam AS. Saat itu setan berjanji untuk selalu dan selalu menyesatkan manusia dan janji itu diijinkan Tuhan. Jadi sebagai sesama makhluk Tuhan saya harus saling menghormati job deskripsi masing-masing. Menghormati setan juga menghormati malaikat sebagai makhluk Tuhan simbol kebaikan. Saya rasa ini bukan hanya alasan, hanya saya mencoba mempertimbangkan sisi kemanusiaan saya. Dimana manusia dikaruniai akal dan hati untuk memilih menjadi seperti setan atau malaikat. Tentu saja jika saya selalu baik maka saya berubah menjadi malaikat demikian pula jika saya selalu buruk maka saya bertransformasi sebagai setan. Saya tetap memilih sebagai manusia yang memiliki akal dan hati yang selalu berhak memilih untuk menjadi baik atau buruk.

Akankah pemakluman baik buruk ini menjadi tameng bagi kemanusiaan saya untuk berbuat salah. Bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa sehingga wajar jika berbuat salah. Tuhan, betapapun buruk dan salah kelakuan saya, setiap sebelum menutup mata ijinkan saya meminta Aalohummaj’alna min khusnil khotimah wala taj’alna min suil khotimah. Tuhan berilah saya akhir yang husnul khotimah, bukan akhir yang su’ul khotimah. Tuhan berilah ending yang baik untuk saya. Amin.


Banyumas, 6 April 2013; 21:06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar