Kamis, 07 Maret 2013

Luka Filosofis



Kecelakaan yang menimpaku menimbulkan luka-luka fisik yang tidak parah, alhamdulillah. Terbukti hanya setitik darah yang keluar dari luka di badanku. Tetapi sendi lututku geser dan tulang kecil dibawahnya patah serta sendi pergelangan tanganku geser dan tulang kecil dibawahnya juga patah. Dan kesemuanya itu pada anggota tubuh yang sebelah kanan. Pun luka kecil di jidatku letaknya di sebelah kanan. Tubuh kiriku hanya bagian kepala yang benjol tatapi tidak berdarah. 

Siapapun yang kecelakaan tidak meminta patah-patah tulangnya, ataupun jika patah bolehlah memilih tangannya saja atau kakinya saja. Jika boleh memilih. Tapi siapa bisa memilih? Patah-patah yang kualami – yang letaknya badan bagian kanan saja- terlepas mungkin saya terjatuh ke arah kanan atau bagian kanan tertindih motor atau bagaimanapun tetapi membuatku merenung. Kenapa semuanya kanan? Dan kenapa dua-duanya perkara sendi yang bergeser dan tulang kecil penyangganya yang patah. Kenapa?

Kalau mau kupas-paskan tangan dan kaki adalah anggota badan untuk bergerak, bertindak maka aku diminta untuk berhati-hati dan kenapa semua sendi nya bergeser. Bukankah tanpa sendi tangan atau kaki kita jadi tidak luwes dan fleksibel untuk bergerak? Rupanya aku diminta hati-hati nantinya jika mau bertindak harus bisa luwes bergerak dan bisa diterima berbagai kalangan.

Kenapa kepalaku selamat bahkan hanya benjol. Alhamdulillah tentunya. Organ pelindung akal ku masih utuh sehingga akalku pun masih baik dan tentunya ini suatu kesempatan bagiku untuk bisa berdarma bakti lebih baik, lebih ditata akalnya serta diselaraskan tingkah lakunya. Tidak hanya mengedepankan tindakan tetapi benar-benar dipikir matang serta dibarengi tindakan yang tepat.

Ah, siapa pula yang mengatur lukaku sedemikian filosofis.

Banyumas, 5 maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar