Hari ini aku ulang tahun. Tahun-tahun sebelumnya aku kadang
membuat ritual yang kulakukan sendiri. Misalnya aku pernah menguras bak mandi
saat jam 12 malam ulang tahunku. Aku pernah naik ke loteng dan melihat bulan
semalaman. Pernah juga memotong rambutku hingga cepak. Meskipun aku tidak
pernah berharap ada yang menelfonku di malam hari atau mengucapkan selamat
tepat jam 00:01 misalnya, aku senang menikmati sensasi sebelum jam 12 malam dan
setelah jam 12 malam. Ada hening yang ingin kunikmati sendiri, tanpa gangguan
dari siapapun. Hanya ada aku dan Tuhan. Seperti semalam, jam-jam itu kulewatkan
dengan berdiam untuk berdoa. Sebuah doa yang panjang. Sebuah rasa syukur yang
tak putus-putus. Karena Tuhan mempertemukanku dengan lelaki sederhana untuk hidupku. Lelaki sederhana
yang sangat memberi arti dalam hidupku. Biarlah cukup aku seorang yang memahami
pengertian dan definisi lelaki sederhana versiku. Dengarkanlah penuturanku
ini.
Lelaki sederhana pertama adalah yang paling lama kukenal. Lelaki
inilah yang pertama kali mengajariku untuk menjadi wanita yang tangguh, kuat,
tegas, pantang menyerah, bahkan aku menjadi wanita yang tidak mau kalah. Dia mengajariku
untuk berani seperti lelaki meskipun aku adalah seorang perempuan. Tekad hidupnya
kuat terutama untuk memperjuangkan sesuatu. Dia akan menjadi pribadi yang
sangat konsisten dan disiplin.
Lelaki sederhana kedua adalah lelaki yang membuatku
mencintai ilmu. Gilalah terhadap ilmu, begitu selalu pesannya. Aku terpesona
akan semangat hidupnya terhadap ilmu. Dia akan mempelajari ilmu apapun yang
sedang dibutuhkannya meskipun ilmu itu bertolak belakang dengan ilmu yang telah
dikuasai sebelumnya. Mantra yang kerap diperdengarkan padaku adalah sebah syair
petikan dalam kitab Ta’lim Al Muta’alim. Likulli
yaumin ziyaadatan minal ‘ilmi washbah fii bukhuuril fawaaidi - setiap hari
bertambah ilmu dan bergelimang dalam lautan berfaidah. Kenangan favoritku adalah
saat ia mengataiku bodoh. Aku senang sekali, karena rupanya aku harus lebih banyak
belajar lagi.
Lelaki sederhana ketiga adalah seorang lelaki yang
mengajariku untuk menghargai perbedaan. Bahkan dia tinggal di lingkungan yang
sangat berbeda dengannya dan ia sangat menghormati tetangga-tetangganya. Hargailah
perbedaan karna perbedaan adalah Rahmat Tuhan, itu yang ia dengungkan. Betapapun
berbeda pilihannya dengan orang lain, dia menghargai dan semakin menambah
keyakinan atas pilihannya.
Ketiga lelaki itu memiliki semangat hidup yang tinggi,
seorang pembelajar dan pejuang sejati. Tangguh, kuat, pantang menyerah meskipun
aku tahu banyak kecurangan dan kehianatan yang dialami dalam hidupnya. Tetapi mereka
tetap tangguh dan semakin kukuh. Namun, tetap memiliki hati yang tulus dan
lembut.
Dan masih ada seorang lelaki sederhana lagi. Dia masih muda
dibanding yang lainnya. Satu kalimat sederhana untuknya. Dia adalah lelaki
sederhana yang berhasil merampas dan memiliki hatiku. Seutuhnya.
Bms, 22 Maret 2013; 11:23
Nb. Aku tidak akan memberitahukan nama-nama mereka. Bolehlah
ditebak-tebak, tetapi tebak dihati dan simpanlah dihati. Dan aku akan tetap
menyebut mereka dengan sebutan; Lelaki Sederhana.
semoga lelaki yang terakhir bisa menyempurnakan separuh agamamu mbak.. karena aku juga memiliki rasa yang sama dengan lelaki sederhana kedua.. hidup itu perlu barakah..
BalasHapus