Aku kira tidak ada orang yang menginginkan kecelakaan lalu
lintas ditambah patah tulang. Dengan penyembuhan ala dokter yang memakan waktu setengah tahun lebih sejak kecelakaan
bulan Oktober tahun lalu. Hingga saat ini pun masih belum boleh jalan. Lama
memang proses sembuhnya. Jika aku tidak mengalaminya sendiri, mungkin sampai
kapanpun aku tidak akan pernah tahu kalau patah tulang sangat sakit dan
penyembuhan ala dokter sangat lama.
Menghabiskan waktu berbulan-bulan. Bahkan ada seorang ibu-ibu di rumah sakit
tempat aku biasa kontrol, dia mengalami patah kedua kakinya serta satu
tangannya dan sampai satu tahun belum boleh jalan dulu. Mulanya aku tidak
percaya, kok bisa sampai selama itu. Setelah menjalani sendiri akhirnya aku
percaya dan mengerti dengan proses penyembuhannya. Meski aku bukan termasuk
pasien yang benar-benar taat aturan dokter, sedikit improvisasilah, kan tidak
apa-apa. Tetapi setidaknya aku mengerti aturan main yang diharapkan dokter.
Awal patah tulang tidak terasa sakit, tetapi begitu kaki
ingin digerakkan baru terasa sakit. Puncak sakitnya saat pasca operasi, sangat
sakit. Tulang yang patah mungkin sudah aman tetapi daging yang disobek untuk
memasukan pen dan bekas jahitan yang masih baru sangat sakit. Belum lagi tidak
dapat banyak bergerak dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Lama-kelamaan
luka mengering dan terasa gatal, konon itu pertanda akan sembuh. Sungguh
menyebalkan sebenarnya, tetapi bagaimana lagi, sudah terjadi dan tidak berguna
pula untuk disesali. Kujalani saja istirahat panjangku edisi kecelakaan.
Awalnya bosan, sangat membosankan. Hanya bisa berbaring di tempat tidur
sepanjang hari. Jika menginginkan apa-apa harus minta bantuan. Merepotkan orang
terus, sungguh menyebalkan keadaanku.
Orang yang selalu kurepotkan adalah ibuku, beliau yang setia
merawatku sejak tak bisa apa-apa hingga aku bisa menolong diriku sendiri. Sebenarnya
aku tidak tega melihat ibu yang semakin repot. Harus mengurus rumah ditambah
aku yang belum bisa apa-apa. Belum lagi ponakanku yang kadang rewel. Tetapi
bagaimana lagi.
Lama-lama aku menikmati masa istirahatku. Sejak awal jatuh
aku tidak merasa pegal-pegal di tubuhku. Rasanya badanku baik-baik saja. Memang
sih dokter memberi obat penghilang sakit dan nyeri. Bahkan aku sempat dikasih
obat yang kalau kuminum disaat normal mungkin aku sudah ngefly. Lama-kelamaan aku bisa merasakan kalau badanku bertambah
baik, bertambah enak dan nyaman. Ternyata memang pengaruh obat yang membuatnya
tidak merasa pegal-pegal. Mungkin juga karena saking bandelnya aku jadi tidak
mau memperdulikan rasa pegal-pegal di badanku. Kubunuh waktu dengan istirahat
sebaik-baiknya. Ya, salah satu pekerjaan yang bisa kulakukan adalah membaca buku.
Aku membaca apapun. Novel kesukaanku bahkan sampai khatam berkali-kali. Seharian
aku membaca. Kalau kondisi normal pasti aku sudah dimarahi ibuku karena membaca
seharian sampai lupa makan dan membantunya. Ah, terimakasih Tuhan akhirnya
mendapat kesempatan membaca seharian tanpa dimarahi siapapun.
Banyak hal terlintas yang itu tak akan pernah terfikirkan
jika aku dalam kondisi normal. Ah rupanya Tuhan benar-benar menyuruhku
istirahat. Istirahat sebenar-benar istirahat. Istirahat badan, hati dan
pikiran. Seperti pesan seorang lelaki sederhana, tidak usah berfikir
macam-macam, istirahatlah dengan baik. Terimakasih Tuhan.
Banyumas, 08 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar