Selasa, 19 Maret 2013

Penghianatan Film Habibie & Ainun



Beberapa hari yang lalu saya melihat film Habibie & Ainun. Sudah telat memang, karena saya tidak bisa melihat di bioskop dan harus menunggu copian dari saudara sepupu.

Saya menangis saat menonton film tersebut. Bukan karena kisah cinta Pak Habibie dan Ibu Ainun yang membuat saya berair mata, tetapi penghianatan yang telah dialami Pak Habibie. Seorang Habibie yang berotak cemerlang bahkan negara Jerman pun sangat menghormati kecemerlangannya, ternyata di negeri sendiri tidak mampu berbuat apa-apa. Kecerdasannya seolah tidak ada harganya. Sangat memilukan.

Bagaimanapun penghargaan, pengakuan, imbalan yang setimpal atas kemampuan yang dimiliki merupakan kebutuhan dasar manusia. Saya tidak dapat membayangkan betapa ego kita akan terluka berat saat kemampuan kita, atau apa yang kita punyai tidak mendapat apresiasi positif dari orang lain. Menyakitkan. Sebuah penghianatan hidup. Apalagi jika penghianatan itu datang dari orang-orang yang kita cintai, orang-orang yang sangat dekat dengan kita. Sangat menyakitkan.

Namun sayangnya, segala sesuatu yang besar, yang sukses, yang sempurna selalu butuh penghianatan yang juga sama besarnya sama suksesnya dan sama sempurnanya dari orang-orang yang kita cintai. Setimpal memang, tetapi tetap menyakitkan. Dan kesakitan itu membat kita harus menelan pil pahit sebagai obatnya. Semacam jamu yang pahit tetapi menyehatkan. Tetapi saya yakin, kesakitan itu akan menimbulkan  rasa setia. Setia terhadap cita-cita, setia terhadap impian, dan setia terhadap kesetiaan itu sendiri. Ingin menjadi besar, bersiaplah untuk penghianatan, dalam bentuk apapun.

Banyumas, 19 maret 2013 ; 00:42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar