Jumat, 22 Maret 2013

Ken Dedes - Ibu Raja-Raja Jawa



Ken Dedes berasal dari desa Panawijen, putri seorang pertapa bernama Mpu Purwa. Saat Mpu Purwa sedang keluar rumah, seorang akuwu bernama Tunggul Ametung bertemu Ken Dedes dan langsung jatuh hati pada kecantikan gadis Panawijen itu. Tunggul Ametung bermaksud mempersunting Ken Dedes. Ken Dedes memintanya menunggu karena ayahnya sedang keluar, tetapi Sang Akuwu tidak sabar akhirnya Ken Dedes dilarikan ke Tumapel dan diperistri. Mengetahui putrinya diculik, Mpu Purwa marah dan mengutuk siapapun yang mengawini putrinya maka akan celaka akibat kecantikan Ken Dedes.

Tunggul Ametung memiliki seorang pengawal bernama Ken Arok. Tersebutlah saat itu Ken Dedes turun dari kereta dan angin bertiup mempermainkan kainnya hingga tersingkap. Semua abdinya kontan tertunduk, tetapi tidak dengan Ken Arok karena ia melihat cahaya di betis junjungannya yang cantik jelita. Sepulang dinasnya ia segera memacu kudanya menemui gurunya, seorang begawan dari India bernama Lohgawe. Ken Arok menceritkan apa yang dilihatnya. Wanita seperti itu adalah seorang Nariswari atau wanita utama yang akan menurukan raja-raja. Siapapun yang mengawininya akan menjadi maharaja. Ken Arok tertarik dengan penjelasan Lohgawe dan berniat menyingkirkan Akuwu Tunggul Ametung. 

Singkat cerita Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung dengan keris kutukan buatan Mpu Gandring dan menjadikan Kebo Ijo sebagai kambing hitamnya. Saat itu Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung dan ia tahu kalau pembunuh suaminya adalah Ken Arok bukan Kebo Ijo. Akan tetapi, Ken Dedes tetap bersedia dinikahi oleh pembunuh suaminya dan bahkan akhirnya Ken Arok berhasil menjadi akuwu di Tumapel. Dalam perjalannannya Tumapel berhasil menjadi besar dan berdirilah kerajaan Singosari tahun 1222. Ken Arok bergelar Rajasa Sang Amurwabhumi. Sejak saat itu lahirlah dinasti Ken Arok-Ken Dedes yang menurunkan raja-raja tanah Jawa. Meskipun kerajaan telah berganti-ganti tetapi tetap keturunan Ken Dedes yang memerintah hingga sekarang.

Kerajaan Singasari yang berdiri tahun 1222 hingga 1292 diperintah oleh keturunan Ken Dedes, kecuali pada masa singkat, yaitu saat pemerintahan Tohjaya. Anusapati, Ranggawuni, dan Kertanegara adalah keturunan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung.

Ketika kerajaan Singasari runtuh dan digantikan oleh kerajaan Majapahit yang berlangsung selama hampir 200 tahun keturunan Ken Dedeslah yang memerintah. Raden Wijaya sebagai pendiri Majapahit merupakan keturunan Ken Dedes dengan Ken Arok.

Kerajaan Majapahit digantikan oleh kerajaan Demak. Pemerintah dipegang oleh Raden Patah, dilanjutkan Adipati Unus, dan diakhiri Sultan Trenggana yang adalah keturunan Ken Dedes. Raden Patah adalah putra Prabu Brawijaya, dan tentunya dalam garis keturunan Raden Wijaya.

Kerajaan Demak digantikan kerajaan Pajang yang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Jaka Tingkir adalah anak Ki Ageng Pengging yang merupakan keturunan raja Majapahit sebagaimana Raden Patah.

Mungkin dengan runtuhnya Pajang digantikan oleh Mataram seakan-akan keturunan Ken Dedes tidak lagi memerintah di tanah Jawa. Sebab Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senapati, adalah anak dari Ki Gede Pemanahan , yang bukan keturunan raja. Akan tetapi ternyata Ki Ageng Sela, kakek buyut dari Sutawijaya adalah keturunan Bondan Kejawan yang adalah putra dari Prabu Brawijaya juga. Dengan demikiah pada masa Mataram tetaplah keturunan Ken Dedes yang memerintah di tanah Jawa.

Keturunan Ken Dedes tetap memerintah hingga kini, karena Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Jogjakarta sama-sama keturunan Panembahan Senapati. Dan dalam keadaan apapun kasunanan maupun kasultanan tetap kerajaan karena ada kenaikan tahta dan peringatan tahta serta ada masyarakat yang mengakuinya sebagai raja.

Betapapun ada juga beberapa versi sejarah yang mengatakan Ken Dedes adalah wanita pembawa celaka sesuai kutukan ayahnya, kecantikannya akan membawa celaka. Memang terbukti untuk mendapatkannya banyak pembunuhan menyertainya. Penguasaan kekuasaan beserta segala isinya termasuk wanita cantik yang dalam hal ini wanita hanya diperlakukan sebagai pemuas nafsu.

Meskipun cantik dan memiliki cahaya Nariswari, tetapi percintaan Ken Dedes tidak bisa disebut sempurna dari sudut pandang seorang wanita. Pernikahan pertamanya dengan Tunggul Ametung adalah sebuah keterpaksaan dan dia harus mempersiapkan hatinya untuk bisa menerima Tunggul Ametung. Disaat sudah mulai menerima Tunggul Ametung datanglah Ken Arok yang lebih menarik dan membuatnya jatuh hati. Ketika akhirnya Tunggul Ametung dibunuh oleh Ken Arok dan Ken Arok akan memperisterinya ternyata Ken Arok sudah memiliki isteri bernama Ken Umang. Ken Dedes mengalami jatuh hati sekaligus patah hati.

Akan tetapi menilik raja-raja Jawa yang berasal dari keturunananya, benarlah bahwa Ken Dedes wanita dari Panawijen (sekarang Polowijen Malang) ibu dari para raja. Ibu dari para pemimpin dan penguasa tanah Jawa.

Apakah titel Nariswari hanya berlaku bagi wanita Panawijen satu itu saja? Tentu tidak. Dalam konteks sekarang seorang wanita yang menurunkan para raja bolehlah selanjutnya kita sebut sebagai seorang ibu yang memiliki anak-anak yang kesemuanya menjadi raja. Raja adalah pemilik kekuasaan tertinggi pada saat itu. Titahnya tidak dapat ditolak. Untuk sekarang bolehlah dikatakan raja adalah seorang pemimpin. Seorang yang bisa memimpin, tidak hanya memimpin orang lain tetapi tentu tidak kalah penting seorang yang mampu memimpin dirinya sendiri. Kemampuan memimpin diri sendiri adalah kemampuan mengendalikan nafsu dan kemampuan menggunakan akal dan hati secara seimbang. Ia menjadi raja atas dirinya sendiri. Bukankah setiap ibu akan memiliki anak yang akan dididik sebagai pemimpin bagi dirinya dan orang lain. Dan bukankah kemampuan memimpin diri atas nafsu dan memimpin keseimbangan akal dan hati adalah kemampuan manusia yang tertinggi dan tersulit. Dan bukankah salah satu peletak dasarnya adalah seorang wanita yang disebut ibu.

Akupun seorang wanita, seorang ibu. Ibu dari anak-anakku, para calon raja, calon pemimpin. Bukan hanya bagi tanah Jawa tetapi bagi ibu pertiwi yang bernama Indonesia. Aku yakin, akupun seorang Nariswari meskipun bukan bernama Ken Dedes. Bagaimana dengan Anda?


Bms, 22 Maret 2013; 23:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar